BDG.NEWS – Miris, ketika Jokowi - Jusuf Kalla saat kampanye menyatakan akan menolak utang luar negeri jika pimpin Republik Indonesia tahun 2014 lalu. Ternyata pihak Bank Indonesia menyatakan utang luar negeri Indonesia
per Januari 2016 mencapai USD 308 miliar atau tumbuh 2,2 persen dari
tahun ke tahun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Desember 2015 yang
tercatat 5,8 persen dari tahun ke tahun. Dengan kurs Rp 13.000 per USD
maka utang luar negeri Indonesia mencapai Rp 4004 triliun.
BI menilai, jumlah utang luar negeri tersebut masih sehat, namun
resikonya terhadap kondisi perekonomian tetap perlu diwaspadai. Ke
depan, BI akan terus memantau perkembangan utang luar negeri, khususnya
utang dari sektor swasta.
Statistik BI menunjukkan jika perlambatan pertumbuhan utang luar
negeri terjadi pada sektor publik dan swasta. Per Januari 2016, utang
luar negeri sektor publik sebesar USD 143,4 miliar atau 46,6 persen dari
total utang luar negeri, dan swasta USD 164,6 miliar atau 53,4 persen
dari total utang luar negeri.
Utang luar negeri publik tumbuh menjadi 5,7 persen dari tahun ke
tahun pada Januari atau lebih rendah dari pertumbuhan Desember 2015 yang
10,2 persen. Sementara utang luar negeri swasta turun 0,7 persen pada
Januari lalu setelah tumbuh sebesar 2,2 persen pada Desember 2015.
Dalam keterangan yang diterima redaksi (Minggu, 20/3), BI mencatat
utang luar negeri terkonsentrasi di sektor keuangan, industri
pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa
utang luar negeri sektor-sektor itumencapai 76,2 persen terhadap total
utang luar negeri swasta.
Dibandingkan bulan sebelumnya, pertumbuhan tahunan utang luar negeri
sektor keuangan, industri pengolahan, dan listrik, gas dan air bersih
melambat, sementara pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor
pertambangan mengalami kontraksi lebih dalam.
Berdasarkan jangka waktu asal, utang luar negeri Indonesia didominasi
oleh utang luar negeri berjangka panjang yang meliputi 87,4 persen dari
total utang luar negeri. Utang luar negeri berjangka panjang mencapai
USD 269,1 miliar, terdiri atas USD 140,7 miliar atau 52,3 persen utang
luar negeri publik dan USD 128,4 miliar atau 47,7 persen utang luar
negeri sektor swasta.
Utang luar negeri berjangka panjang tumbuh 4,8 persen dari tahun ke
tahun pada Januari 2016, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
Desember 2015 sebesar 8,6 persen dari tahun ke tahun.
Sementara, utang luar negeri jangka pendek tercatat sebesar USD 38,9
miliar atau 12,6 persen dari total utang luar negeri, terdiri atas utang
luar negeri sektor swasta USD 36,2 miliar atau 93 persen dan utang luar
negeri sektor publik sebesar USD 2,7 miliar atau 7 persen.