HTI Press -Bandung. Kota Bandung saat ini tengah menjadi
sorotan publik. Hal ini disebabkan pembangunannya yang dinilai berkembang
pesat. Namun di balik itu semua, Kota Bandung masih menyimpan segudang
permasalahan, baik dalam tataran individu maupun masyarakat. Inilah yang
menjadi topik pembahasan dalam acara Diskusi Terbatas Tokoh Muslimah Jawa Barat
yang digagas oleh Muslimah DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Barat pada
hari Sabtu (27/02/2016) di kediaman Ibu Dr. Lulu Lusianti (Dosen ITB), Jl.Imam
Bonjol, Bandung. Dalam acara yang mengangkat tema "Menakar Ancaman
Liberalisasi dalam Arah Pembangunan Kota Bandung", tampak hadir beberapa
tokoh Muslimah dari KAHMI, LPA, PWS, International Women University (IWU), dan
BKMM.
Ibu Diana, Manajer Program Lembaga Perlindungan Anak Jawa
Barat (LPA Jabar) memaparkan berbagai permasalahan anak dan generasi yang
terjadi di Jawa Barat, khususnya di Bandung. Beliau menjelaskan masih banyak
anak yang terlantar, menjadi korban kekerasan, korban pelecehan, berhadapan
dengan hukum, hingga human traficking. Beliau juga mengkhawatirkan dampak MEA
terhadap anak. "Dengan adanya MEA,penjualan anak akan semakin
meningkat," jelasnya.
Kota Bandung sebagai penyangga kota-kota di Jawa Barat,
haruslah mampu menjadi contoh bagi kota-kota yang ada di sekitarnya, mengingat
apa yang terjadi di Bandung akan mewakili kota-kota yang ada di sekitarnya.
Begitu juga dalam hal pembangunan kotanya. Pembangunan kota tidak hanya fokus
pada aspek fisik saja, tetapi harus memperhatikan landasan ruhiyahnya pula
(-pen).
"Pembangunan kota seharusnya berlandaskan keimanan
dengan menjadikan aqidah Islam sebagai landasan pokok pengembangan dan
pembangunan kota, sehingga Allah dan Rasul-Nya ada di setiap tempat dan
aktivitas." ujar Ustadzah Nurul Hidayani, S.P. (Anggota Muslimah DPD I HTI
Jabar). Beliau menjelaskan bahwasanya Islam sangat memperhatikan konsep
pembangunan. Pembangunan kota semestinya dilandasi dengan keimanan serta kota
tersebut mampu melaksanakan kewajibannya, yakni menerapkan Syariat Islam secara
kaffah.
Untuk itulah HTI Kota Bandung mengkampanyekan slogan
#BandungBarokah. Menyeru kepada setiap Muslim untuk menjalankan syariat Islam
secara kaffah, baik di tataran individu, masyarakat, maupun negara. Ajaran
Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk konsep pembangunan. Karenanya,
tidak perlu kita mencari konsep pembangunan dari luar Islam, seperti
demokrasi-sekulerisme-kapitalisme yang jelas-jelas bathil (-pen).
"Demokrasi melancarkan liberalisasi," ujar Ibu Bunga, dosen dari International Women University (IWU).
Barokah hanya ada dalam khasanah kehidupan Islam, bahwa
setiap Muslim bukan hanya berharap mendapatkan kemudahan material, finansial
atau kesenangan-kesenangan fisik dalam hidup, tetapi juga berharap mendapat
ketenangan, kebahagiaan, barokah (tambahan kebaikan) dari ketaatannya kepada
Allah. Barokah hanya bisa diraih ketika Islam kaffah diterapkan (-pen). Sebagaimana
yang disampaikan oleh Ibu Dyah Kusumastuti dari Pengajian Wanita Salman (PWS)
ITB, "Kembalikan agama kita pada satu visi-misi ke depan, jangan dijauhkan
dari umatnya. Kita harus mengembalikan pola pikir Islam, yaitu Islam yang
kaffah."
Para peserta yang hadir sepakat
bahwa kota Bandung yang barokah harus segera diwujudkan. Tentunya dengan cara
penerapan Syariat Islam secara kaffah dalam institusi negara (Khilafah) yang sifatnya mendunia. Sehingga
kota Bandung menjadi kota barokah yang menghantarkan pada tegaknya aturan Allah
SWT yang rahmatan lil ‘aalamiin (-pen).
[]