Bdg.News. Bandung. Sabtu (15/10)
bertempat di Gedung Badan Kesejahteraan Masjid, Jalan Burangrang No: 17-19
Bandung, ratusan mubalighoh berkumpul hadiri acara Liqa Muharram Muballighoh
1438 H yang digelar oleh Muslimah DPD I HTI Jawa Barat. Acara yang bertemakan
Peran Strategis Muballighoh dalam Menyelamatkan Generasi dan Keluarga ini
dihadiri oleh Muballighoh dari berbagai daerah yaitu Sukabumi, Cianjur,
Sumedang, Kabupaten Bandung, Cimahi dan Bandung. Acara ini merupakan salah satu
upaya untuk mensinergiskan dan menguatkan langkah muballighoh dalam
menyelamatkan keluarga dan generasi yang tengah berada dalam ancaman dan
permasalahan besar. Mengingat muballighoh sebagai bagian dari tokoh umat
memiliki peran strategis di tengah masyarakat.

Ustadzah Ir.
Rina Komara (Koordinator Lajnah Khusus Ustadzah dan Mubalighoh Muslimah DPD I
HTI Jawa Barat) meyampaikan bahwa institusi keluarga saat ini begitu rapuh,
keluarga muslim berada dalam ancaman, bahkan Indonesia darurat perceraian.
“Setiap jam terjadi 40 perceraian dan yang menyedihkannya angka gugat cerai
dominan dibanding dengan cerai talak yaitu 70 banding 30. Bahkan di Kota Cimahi
perceraian kian meningkat setiap tahunnya 1000 kasus.” Ungkap Ustadzah Rina
saat menyampaikan materinya yang bertema
Strategi
Barat Menghancurkan Generasi dan keluarga di Negeri-negeri Muslim. Kondisi
ini makin memprihatinkan saat kita lihat generasi pun dilanda masalah yang
besar, darurat narkoba, seks bebas ataupun aborsi. Semua itu terjadi karena
lemahnya pemahaman aqidah umat dan kurangnya pemahaman aturan Islam termasuk
konsep pernikahan dan keluarga. Bukan hanya itu, tapi Muballighoh harus
menyadarai bahwa di tengah kita ada upaya sistemik untuk menghancurkan keluarga
dan generasi muslim. Serangan budaya sekuler yang kian massif serta penerapan
sistem hidup yang bertentangan dengan Islam menjadikan kehidupan kita saat ini
kehidupan yang sempit, penuh masalah dan kerusakan. Musuh-musuh Islam, dalam
hal ini Barat terus melancarkan
ghazw al
fikri dan
ghazw ats-tsaqafi
(perang pemikiran dan perang budaya). Ini sebagai bentuk penjajahan modern
Barat atas dunia Islam, tidak lagi menjajah secara fisik tapi berupaya untuk
mendominasi politik, ekonomi, sosial, budaya, militer dan terus menancapkan
serta menyebarluaskan ideologi Kapitalisme yang jelas-jelas bertentangan dengan
Islam. Penghancuran institusi keluarga ini dilakukan dengan menancapkan ide-ide
gender seperti berupaya untuk melenyapkan ketundukan terhadap syariah,
memperdaya perempuan melalui pemberdayaaan ekonomi serta penghancuran peran
keibuan.
Muballighoh
jelas memiliki peran strategis untuk selamatkan keluarga muslim dari serangan
Barat yang bertubi-tubi. Muballighoh harus menjadi garda terdepan dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar agar
kebaikan terwujud di tengah-tengah masyarakat. Ulama termasuk muballighoh
merupakan pewaris Nabi yang menjaga umat dengan ilmunya, mendidik umat agar
memiliki kepribadian Islam yang kuat. Termasuk jalankan perannya untuk
mengontrol penguasa ketika menerapkan kebijakan yang salah dan bertentangan
dengan Islam. Tentu peran ini bisa dijalankan saat muballighoh mampu memahami
konstelasi politik global dan regional, serta mampu mengungkap makar orang
kafir dalam memerangi Islam dan kaum muslim. Muslimah HTI mengajak para
muballighoh yang hadir agar mendakwahkan Islam ideologis yang tidak hanya
sekedar nasihat atau taushiyah. Terus membangun kesadaran umat agar menjadikan
syariat Islam sebagai pijakan dan solusi kehidupan kita semua tentu dengan penegakkan
Khilafah Islamiyyah.(Vetiana)