Isu Corona sepertinya masih
menjadi primadona. Bagaimana tidak, selain membincangkan perbedaan mudik dan
pulang kampung, warga Jawa Barat ramai juga membicarakan peta sebaran Corona di
daerah masing-masing.
Sebagaimana diberitakan, terkait
Pembatasan Sosial Berskala Besar, di awal Pemprov Jabar telah mengajukan lima
daerah untuk penerapan PSBB. Lima daerah tersebut yakni Kota dan Kabupaten
Bekasi, Kota dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok. (DetikNews Bandung, Sabtu,
11 Apr 2020)
Cimahi dan Kabupaten Bandung
Barat (KBB) sendiri secara resmi pula sudah menerapkan PSBB ini. Sehari setelah
penerapan PSBB berita gembira pun datang dari warga kompleks. Tetangga dekat
rumah, salah seorang warga satu kompleks positif corona yang sudah menjalani
karantina selama 2 minggu lebih dinyatakan sembuh. Alhamdulillah. Namun, kabar
tak menyenangkan malah datang dari Cihanjuang Gang Gurame dan Gang Tohir.
Sebagaimana diberitakan detikNews Rabu, 22 Apr 2020, satu keluarga yang
berjumlah empat orang baru datang dari Surabaya dan masuk ke Kota Cimahi
terjaring pemeriksaan di titik check point PSBB Padasuka, tepat di perbatasan
Kota Cimahi dengan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Keempat orang tersebut mudik
ke wilayah Cihanjuang, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara. Saat di pos
checkpoint tersebut, mereka diminta mengisi lembar pendataan lengkap dengan nomor
identitas, tujuan, lama tinggal, dan nomor telepon.
"Tadi ada kendaraan dengan
pelat nomor luar daerah, langsung kita berhentikan. Saat diperiksa ternyata ada
4 orang asal Surabaya pulang ke Jalan Cihanjuang Gang Gurame dan Gang Tohir.
Mereka akhirnya kita data dan otomatis jadi ODP," tutur Kasi Angkutan
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cimahi, Ranto Sitanggang, saat ditemui Rabu
(22/4/2020).
Pendatang luar kota tersebut juga
diminta melapor ke RT dan harus menerapkan isolasi mandiri selama 14 sambil kondisi
kesehatannya dipantau puskesmas di wilayah tempat tinggal.
"Diperintahkan agar lapor RT
untuk isolasi mandiri. Itu protap yang harus diterapkan oleh setiap pendatang
dari luar daerah," terangnya.
"Mereka wajib isolasi mandiri dulu selama
14 hari. Nanti akan melakukan dua kali rapid test, kalau ada yang positif akan
dilakukan swab test," tandas Nur Fitri Annisa, tim medis Pukesmas di check
point Padasuka. Ia menyebutkan juga pendatang dari luar daerah yang memiliki
kasus positif otomatis menjadi ODP. Ya, hal ini pun bisa difahami ditujukan
untuk bisa memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Harapan tinggal harapan, saat
ramadan datang Covid-19 pun hilang ternyata masih hanya angan-angan. Nyatanya,
hati perih tak terperi, mesjid-mesjid masih sepi, suara anak-anak tadarusan
yang bersahutan hanya sebatas mimpi. Gebyar ramadan pun semaraknya hanya di
dunia maya.
Apa kabar PSBB di Jabar?
Masyarakat yang ada di lima daerah yang sudah disebut, Kota dan Kabupaten
Bekasi, Kota dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok ditambah lagi dengan KBB,
Cimahi dan Bandung nyatanya setelah diberlakukan PSBB pun masih membuat
masyarakat merasakan resah yang luar biasa.
Setelah banyaknya opsi, pada
akhirnya PSBB jadi terlihat sebagai bentuk ketar-ketirnya pemerintah dalam
menangani virus Corona. Bisa dikatakan PSBB sebenarnya masih dalam upaya
minimalis pemerintah dalam melindungi warganya. Tapi, ya memang akan demikian
adanya bila hasil dari kebijakan selalu distandarkan kepada sistem kapitalistik
dengan standar untung rugi.
Apa kabar PSBB di Jabar? Ramadan
sudah datang, kemudian memasuki masa PSBB skala provinsi (Jabar). Menjalankan puasa ramadan di tengah-tengah
wabah tentu tak mudah walau pahalanya akan jauh berlipat ganda. In syaa Allah,
memang bisa sabar dalam ketaatan, yakni menahan makan, minum dan tidak
berhubungan suami-istri di siang hari, dan juga sabar dalam menghadapi musibah,
yakni wabah akan sangat berbeda nilainya. Bahkan pahala kesabaran menghadapi
wabah setara dengan pahala orang yang mati syahid. Sebagaimana sabda Rasulullah
saw. tentang tha’un:
“Tidaklah seorang hamba, saat
tha’un (wabah) terjadi, berdiam di negerinya—dalam riwayat Imam Ahmad yang
lain: lalu dia berdiam di rumahnya—seraya bersabar dan mengharap ridha Allah, dan
dia menyadari bahwa tidak menimpa dirinya kecuali apa yang telah Allah tuliskan
untuk dia, kecuali bagi dia pahala semisal pahala syahid.” (HR. al-Bukhari
dan Ahmad).*
Jelas sudah, tetap berdiam diri
di rumah adalah bagian dari ikhtiar kita untuk tetap ada dalam ketaatan. Namun,
tidak menjadikan kita diam terhadap abainya pemerintah dalam menjamin kebutuhan
pokok rakyat. Sehingga tidak akan ada ungkapan, keluar mati corona di rumah
mati kelaparan. Karena itu menjadi doa kita setiap hari terutama di bulan mulia
ini, agar Allah memberi jalan keluar dari kesulitan, Allah memberi rejeki dari
arah yang tak disangka dan kemudahan dalam semua urusan. Kita pun berdoa agar
pemimpin-pemimpin kita menjadi bagian dari pemimpin yang bertaqwa yang menjaga
amanah, yang peduli terhadap masyarakat yang mau melaksanakan ketaatan secara
total hanya kepada-Nya. Namun hanya mimpi belaka, kita berharap pemimpin yang bertaqwa
dan amanah dalam sistem kapitalisme saat ini. Hanya dengan sistem Islam, maka
akan lahir para pemimpin yang bertaqwa dan amanah dalam menjalankan tugasnya. Hal inilah sesungguhnya yang sangat kita
perlukan dalam menghadapi wabah saat ini.
Wallahu a'lam bishshowab.